Senin, 19 Juli 2010

Kegalauan seorang Ayah....

Hati adalah kekuatan inti manusia. Dia adalah sekerat daging yang mampu mengalahkan kekuatan jasad seperti yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :“Ingatlah bahwa dalam jasad ada sekerat daging, jika ia baik, maka baiklah jasad seluruhnya; jika ia rusak, maka rusaklah jasad seluruhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Imam Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya posisi hati dalam tubuh manusia, tidak hanya sekedar daging tetapi juga penentu aqidah, penentu budi pekerti dan penentu keputusan terbesar seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits Arbain Nawawiyah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda,yang artinya“Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberi fatwa yang membenarkanmu.” (H.R Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darani).

Kegundahan hati yang disebabkan oleh problematika hidup yang penuh dengan konflik, persoalan dan tantangan bisa menyebabkan hati kehilangan cahaya-Nya dan nurani kebaikan.

Ini hanya sekedar goresan hati yang tak boleh dibiarkan untuk menjadi redup cahaya-Nya



Kesabaran yang dengan tetap menahannya dalam ketidaknyamanan, akan menjadi kebaikan yang banyak bagi kita di Dunia dan di Akhirat sebagaimana perkataan Ibnu Abbas Radhiallahu'anhuma, sehingga atas kebaikan (kesabaran) itu hingga Allah berikan rizki pada hal yang lain.

Tapi dikala hati ini kurang bersahabat dengan cahaya-Nya, kadang sulit sekali menerjemahkan akan makna sabar tersebut di atas. Jauhnya harapan dengan kenyataan menjadikan penguras energi bagi penerang hati ini.
Kadang ada seseorang yang merasa paling berjasa dan paling super dalam mendapatkan sesuatu untuk kebahagiaan orang lain, padahal belum tentu hal tersebut menjadikan buah manis buat orang lain alhasil pekerjaannya menjadi sia-sia (mubazir). Apa penyebabnya...? disini keikhlasan yang betul-betul tulus sangat menentukan berarti atau tidaknya tindakan kita dihadapan Allah SWT.
Keberhasilan upaya kita dihadapan Allah bukan dilihat dari besarnya jasa dan supernya seseorang, tapi bagaimana manfaat dari upaya itu dapat dirasakan bagi orang disekitarnya (dalam rumah tangga ada suami, istri, anak, orang tua dan lain-lain..). Tapi tidak sedikit yang beranggapan bahwa merasa telah cukup kalau kebaikan itu diberikan pada satu pihak, maka pihak yang lain akan juga turut bahagia. Entah lah......
Saya adalah seorang ayah dari 3 anak ( 2 putri dan 1 putra ), saya selalu berdoa semoga anak-anakku menjadi anak yang sholeh dan sholehah, mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, dan kelak mendapatkan pendamping hidup yang dapat memberikan energi penerang hatinya. Amin...ya Allah.


Hal yang dapat membahagiakan dan menjadi kekuatan dalam menerangi hati ini adalah senyuman tulus yang terpancar dari wajah buah hati ku.
Ya...Allah, tidak banyak yang ku minta saat ini....jangan jauhkan  senyuman anak-anakku sampai akhir hayatku. Amin...







Anakku...yang ku harap tak pernah jauh dari senyumannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar