Bagi mereka yang khusyuk dalam shaum dan qiyamullail-nya pasti juga merasakan sedih, mengingat bulan Ramadhan yang akan segera mencapai penghujungnya. Diatas sajadah masjid tempat itikaf, mereka akan banyak menangis, mengenang detik-detik yang seakan terlalu cepat berlalu, dalam bulan suci nan syahdu yang datangnya hanya setahun sekali ini. Makin berat dada mereka, disaat tersadar, bahwa tahun depan belum tentu masih ada umur dan kesempatan, sehingga mereka bisa mengulang lagi kebersamaan ibadah, kemesraan berkhalwat dengan Allah, sebagaimana bulan Ramadhan kali ini.
Bila Lebaran diadakan untuk mereka yang rindu berjumpa dengan Allah, tentu perayaannya harus dilakukan secara khusyuk, penuh kerendahan hati. Jika ada saatnya menikmati hidangan istimewa atau gelak tawa dikala silaturrahmi, itupun semata-mata hanya sebuah momen untuk menambah ungkapan syukur, atas limpahan berkah dan rahmat-Nya yang sungguh tak terkira, dikala sebelum, sedang dan sesudah kita merayakan Idul Fitri kelak. Maka ziarah kuburpun- bagi sebagian orang yang kerap melakukannya saat Lebaran- akan menjadi sebuah saat permenungan, bahwa kitapun kelak tak akan pernah merayakan Lebaran lagi, menikmati ibadah Ramadhan lagi, sebagaimana mereka yang telah pergi.
Duhai hati…
Kurendam engkau di air kelapangan jiwa
Kukerik kerak yang mulai mengeras
Kucuci hingga suci tak bernoda
Kujemur di bawah cahaya Ilahi
Duhai hati…
Itulah hasratku
Itulah kehendakku
Itulah ‘azam-ku
Itulah visi dan misiku
Duhai hati…
Tapi diri ini lebih senang menunda
Semua jadi teori dan omong kosong belaka
Cuma desain tanpa implementasi nyata
Hebat kata-kata namun hampa adanya
Kurendam engkau di air kelapangan jiwa
Kukerik kerak yang mulai mengeras
Kucuci hingga suci tak bernoda
Kujemur di bawah cahaya Ilahi
Duhai hati…
Itulah hasratku
Itulah kehendakku
Itulah ‘azam-ku
Itulah visi dan misiku
Duhai hati…
Tapi diri ini lebih senang menunda
Semua jadi teori dan omong kosong belaka
Cuma desain tanpa implementasi nyata
Hebat kata-kata namun hampa adanya
Setiap kita tentu tulus saat menulis maupun mengucapkan permohonan maaf kala Idul Fitri tiba.
Setiap kita tentu tulus saat melafalkan kalimat pemberian maaf kepada orang yang mengharap maaf kita kala Idul Fitri datang.
Tak peduli dengan jatuhnya gengsi, permintaan maaf harus kita haturkan bila memang kita bersalah, tanpa perlu berbelit-belit membuat argumentasi pembenaran perilaku diri.
Tak peduli apa pun sikap orang lain—apakah mereka minta maaf atau tidak—pemberian maaf seharusnya kita curahkan kepada siapa pun. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa sepanjang penelitiannya, beliau tidak pernah menemukan dalam Al-Qur’an perintah meminta maaf. Ayat-ayat yang ditemukan adalah perintah atau permohonan agar memberikan maaf.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh. (QS. al-A‘râf [7]: 199)
Akhirnya ku ucapakan selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H, mohon maaf lahir dan bathin........
Wassalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarokatuuh........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar