Minggu, 22 Juli 2012

Akankah berkah "Lailatul Qadar" kita raih....?





Diantara malam-malam Ramadhan terdapat satu malam yang disebut Lailatul Qadar, malam yang penuh keberkahan, rahmat dan ampunan. Di dalam Al-Qur'an dikatakan bahwa malam ini lebih baik dari pada seribu bulan, sama dengan 83 tahun 4 bulan.
Sungguh beruntung orang yang memperoleh kesempatan beribadah pada malam itu.
Lailatul Qadar adalah malam yang amat agung, karena dipilih Allah sebagai malam permulaan "Nuzul Qur'an" atau permulaan melimpahkan cahaya agama Allah ke seluruh alam, di samping melimpahkan kesejahteraan dan kedamaian yang memancar dari hidayah Allah (Al-Qur'an) ke atas hati dan kehidupan manusia.


Firman Allah dalam surat Ad Dukhan ayat 3-5, yang artinya:


Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada suatu malam, dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan semua urusan yang  penuh hikmah, yaitu urusan yang besar di sisi Kami (QS    Al-Dukhan [44]: 3-5).


Photobucket


Malam tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena kitab suci menginformasikan bahwa Ia diturunkan Allah pada bulan Ramadhan (QS.Al-Baqarah [2]:185), serta pada malam Al-Qadar (QS.Al-Qadr [97]: 1-5)


Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Rasulallah bersabda, yang artinya:

"Barang siapa yang melakukan ibadat pada Lailatul Qadar karena didorong keimanan dan harapan mendapatkan pahala dari Allah, niscaya diampunkan segala dosanya yang telah lalu". (HR.Bukhari Muslim)  





Jika Lailatur Qadar datang setiap tahun, maka sudah tentu ada tanda-tanda kedatangannya. Oleh karena Lailatul Qadar itu sesuatu yang abstrak, spiritual dan rohaniah. Maka terdapat berbagai pendapat mengenai cara kedatangannya atau cara seseorang itu memperoleh Lailatul Qadar. Tidak sedikit dari cerita-cerita itu bersifat mitologi, yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, tidak masuk akal dan mengada-ada.

Ada cerita kalau Lailatul Qadar turun, maka air sungai berhenti mengalir, tumbuh-tumbuhan tunduk tenang, alam raya terlihat cerah, bintang-bintang bersinar dan sebagainya. Mungkin semua itu pernah terjadi terutama di wilayah geografinya memungkinkan: seperti air membeku, tetapi tidak ada kaitannya dengan Lailatul Qadar. Jadi peristiwanya bisa saja hanya kebetulan.




Hakikat bagaimanakah Al-Qur'an berbicara soal tanda-tanda Lailatul Qadar..?

Dalam surah Al Qadr [97] ayat terakhir, Allah menyebut tanda-tandanya: "Salaamun hiya hatta matlail fajr"- "kedamaian atau kenikmatan hakiki (terjadi) pada malam itu hingga terbit fajar". Jadi jelas bahwa tandanya tidak bersifat lahiriah, karena kedamaian itu adalah sesuatu yang dapat dirasakan. Maka barang siapa yang mendapatkan Lailatul Qadar, dia akan merasakan kedamaian atau ketenangan yang luar biasa dalam dirinya pada malam itu hingga terbit fajar.

Itu sebabnya dalam surah Ad Dukhan [44] ayat 3.
Pertama, Lailatul Qadar disebut sebagai Laylatun Mubaarakah, karena kedamaian hati yang bersumber langsung dari Allah adalah berkah yang paling tinggi. Ia bagaikan air sejuk bagi seorang musafir yang kehausan.





 


Yang kedua, Al-Qur'an adalah sumber pengetahuan tertinggi, oleh karena itu kebenaran tidak diragukan. Ia hanya dapat dicapai oleh derajat keintelektualan yang paling tinggi, intelek kenabian. Maka kalau kita bisa mendapatkan percikan (saja) pada malam Lailatul Qadar, berarti berkah itu adalah kenikmatan dan sekaligus berkah yang paling tinggi.

Rasulullah Salawlahu'alaihi Wassalaam bersabda, yang artinya: "Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir, pada malam ganjil". (Riwayat Bukhari dan  Muslim).

Tapi, jika kita benar-benar berkeinginan mendapatkan Lailatul Qadar, kita sebaiknya harus melakukan "Qiam Ramadhan". Yaitu menghidupkan sepanjang masa bulan Ramadhan, siang dan malam dengan taklim (belajar), ibadah, zikir, sholat sunah dan qira'ah (tadarus dan tela'ah) Al-Qur'an; memusatkan seluruh pintu indra yang memungkinkan dosa dan pikiran-pikiran buruk hinggap di hati kita.






Ciri-ciri orang yang mendapat Lailaul Qadar atas petunjuk Al-Qur'an:

  • "Yaitu mereka yang beriman kepada ghaib , mendirikan sholat dan menginfakkan sebahagiaan rezeki yang Kami berikan kepada mereka; dan mereka yang beriman kepada apa-apa yang kami turunkan kepadamu (Muhammad) dan apa-apa yang Kami turunkan sebelum kamu, serta mereka yakin kepada (adanya) kehidupan akhirat". (Al-Baqarah [2]: 2-4)
  •  "Yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, hari kemudian, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi dan memberi harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, anak jalanan (termasuk musafir yang memerlukan pertolongan), orang-orang yang meminta-minta,  (menghilangkan) perbudakkan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, menepati janjinya apabila berjanji dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan saat ditimpa musibah...." (Al-Baqarah [2]: 177)
  •  "Yaitu orang-orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah), baik diwaktu lapang maupun sempit; Orang-orang yang dapat menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) manusia..." (Ali 'Imran [3]: 134)
  •  "Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang (ciri-cirinya) dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya; bersikap lemah lembut, lembut terhadap orang-orang mukmin; berwibawa terhadap orang-orang kafir, berjihad dijalan Allah; dan tidak takut terhadap celaan orang-orang yang mencela..." (Al-Maidah [5]:54)
  •  "Yaitu mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya; Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambah imannya dan (hanya) kepada Tuhannya mereka menyerahkan diri. Juga mereka yang mendirikan sholat, dan menginfakkan sebahagian dari rizki yang Kami berikan kepadanya". (Al-Anfaal [8]:2-3)
  •  "Yaitu orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya;dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang sia-sia; dan orang-orang yang menunaikan zakat; dan orang-orang menjaga kemaluannya; dan orang-orang yang memelihara amanah dan janjinya; dan orang-orang yang memelihara sholatnya." (Al-Ma'aarij [70]:22-34).







Pada Lailatul Qadar, dimana dahulu pada saat itu Al-Qur’an diturunkan merupakan malam yang paling mulia. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu, segala do'a dapat dikabulkan oleh Allah SWT, segala Dosa dapat diampuni oleh Allah SWT. Seorang muslim tentulah sangat mengharapkan dapat menjumpai malam yang istimewa ini walaupun sekali dalam hidupnya. 

Oleh karena itu, marilah kita sejenak merenung.........Apakah kita sudah layak menjadi pilihan-Nya dalam mendapatkan berkah-Nya malam Lailatul Qadar.......?? 
Semoga.......sejak awal shaum kita sudah mulai berusaha agar menjadikan salah seorang pilihan Allah SWT dalam mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadar....... 

Akhirnya pada kesempatan ini......Penulis mengucapkan  "Selamat menjalankan ibadah Shaum", semoga amal ibadah kita diterima Allah SWT. dan tentunya dalam kelompok orang-orang yang diberikan keberkahan malam Lailatul Qadar...... amin....

Salam Ukhuwah



Photobucket